PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK
DAN EKSTRINSIK DALAM NASKAH DRAMA GERR KARYA PUTU WIJAYA KELAS VII SEMESTER DUA
SMP NEGERI 12 PALANGKA
RAYA TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Pelajaran sastra drama adalah suatu
pelajaran yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan di
jenjang pendidikan sekolah menengah pertama atau sederajat dan sekolah menengah
atas atau sederajat. Sastra drama adalah suatu karya sastra yang menggambarkan
kehidupan manusia dengan gerak. Drama menggambarkan realita kehidupan, watak,
serta tingkah laku manusia melalui peran dan dialog yang dipentaskan. Kisah dan
cerita dalam drama membuat konflik dan emosi yang secara khusus ditujukan untuk
pementasan teater. Dalam drama para pemain dituntut untuk menguasai naskah
supaya cerita yang dimainkan bisa tersampaikan kepada penonton. Selain penguasaan naskah yamh dimainkan, pemain juga
diharuskan memiliki kemampuan menempatkan diri pada tokoh yang diperaninya dan
kemampuan mengkomunikasikan apa yang sudah dipahaminya melalui permainannya di
panggung. Dalam pelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan
berbahasa yang yang harus dikuasai peserta didik, yatu menulis, membaca,
menyimak, dan berbicara. Dua dari empat keterampilan berbahasa ini juga
diperlukan dalam pelajaran sastra drama karena dalam proses belajar di kelas
peserta didik diharuskan mampu membaca naskah secara intensif, menghafal naskah
dan kemudian berdialog atau berbicara baik secara individu maupun berinteraksi.
Tarigan
(2007: 15) menyatakan bahwa “Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
atau artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan.”Jadi, dengan berbicara peserta didik dapat
mengekspresikan pemikiran, gagasan, maupun perasaan yang sedang dialami,
dilihat dan dirasakannya dalam memerankan tokoh dari naskah tersebut.
Telah kita ketahui bahwa bermain drama
adalah hal yang menarik dan menyenangkan dilakukan, tidak hanya di perguruan
tinggi saja yang memiliki sanggar teater drama dan pelajaran drama, tapi juga
di sekolah-sekolah menengah seperti SMP/sederajat dan SMA/Sederajat juga
memiliki sanggar teater drama dan mata pelajaran drama. Bermain drama juga
tidak terbatas umur, baik anak-anak, remaja, dewasa, dan tua pun bia bermain
drama selama memiliki kemamuan untuk berlatih dan drama teater juga tidak hanya
untuk hiburan ataupun tuntutan penilaian saja, tapi juga bisa menjadi sebuah
pekerjaan yang dapat menghasilkan uang. Dalam drama juga tidak terbatas
profesi, segala macam kalangan bisa bermain drama. Dengan menonton drama serta
menyimak cerita yang dipentaskan secara baik maka dapat ditemukan unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsiknya.
Materi tentang mengidentifikasi unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik dalam naskah drama gerr karya Putu Wijaya
merupakan bagian dari pelajaran bahasa Indonesia kurikulum 2013 di kelas VII
tingkat SMP atau sederajat. Unsur intrinsik adalah unsur dalam sebuah carita
yang meliputi alur/plot, judul, tema, gaya bahasa, tokoh dan penokohan, latar,
amanat dan dialog. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur luar atau faktor
yang mempengaruhi jalan sebuah cerita yang meliputi kepercayaan pengarang,
latar belakang dan pandangan hidup pengarang, situasi sosial pada saat critanya
diciptakan, nilai-nilai agama, politik, ekonomi, budaya, psikologis pengarang,
dan latar belakang yang melandasi penciptaan karya sastra. Dengan kata lain
peserta didik dapat lebih teliti saat menonton pementasan drama dan melihat
kemampuan pola pikir dan pengamatan mereka saat mengidentifikasi sesuatu yang
sedang mereka tiliti dan amati khususnya sebuah pementasan drama, baik itu
secara langsung (pementasan dipanggung) maupun menonton secara tidak langsung
(melalui televisi atau kaset vidio) dengan menggunakan model pembelajaran role
playing. Menurut Miarso dalam bukunya Warsita, strategi pembelajaran merupakan
kondisi yang diciptakan oleh guru dengan sengaja agar peserta didiknya
difasilitasi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diciptakan. Sadiman dalam
bukunya Warsita juga mengatakan strategi pembelajaran merupakan usaha-usaha
yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses
dalam diri peserta didik.
1.2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut.
1. Permasalahan
yang dihadapi peserta didik dalam proses mengidentifikasi unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik drama, yaitu kemampuan menyimak peserta didik yang masih
rendah.
2. Permasalahan
yang lainnya adalah kurangnya inisiatif peserta didik untuk menulis pokok-pokok
penting dari pementasan drama yneg telah mereka saksikan.
3. Selain
itu peserta didik kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
4. Permasalahan
lainnya adalah kurangnya keberanian dan kepercayaan diri peserta didik saat
diminta berperan pendek dalam cerita yang telah mereka saksikan tersebut di
depan kelas.
1.3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
hal di atas, penelitian yang berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA
PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DALAM NASKAH DRAMA
GERR KARYA PUTU WIJAYA KELAS VII SEMESTER DUA SMP NEGERI 12 PALANGKA RAYA TAHUN
AJARAN 2018/2019”, dirumuskan sebagai berikut.
1.
Bagaimana
penerapan model pembelajaran role playing dalam pembelajaran menyimak dan
berbicara pada materi mengidentifikasi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik
dalam naskah drama gerr karya Putu Wijaya peserta didik kelas VII SMP NEGERI 12
Palangka Raya tahun ajaran 2018/2019.
2.
Bagaimana
hasil belajar peserta didik kelas VII SMP NEGERI 12 Palangka Raya pada
pembelajaran mengidentifikasi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dalam naskah
drama gerr karya Putu Wijaya dengan menggunakan model pembelajaran role
playing.
1.4. Pembatasan Masalah
Penelitian
ini dibatasi agar mencapai sasaran yang tepat dan terarah maka perlu dibatasi
permasalahan yang akan diteliti. Pada penelitian ini, permasalahan dibatasi dan
difokuskan pada kemampuan berbicara dan menyimak peserta didik yang masiih
kurang, khususnya ketika menonton pementasan drama yang ditayangkan dan diminta
untuk memerankan drama pendek dari cerita naskah yang telah mereka tonton
berjudul “GERR” karya Putu Wijaya. Penelitian ini menerapkan model Role
Playing.
1.5. Tujuan Penelitian
1.5.1.
Tujuan
Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran tentang penerapan model pembelajaran Role Playing dalam
pelajaran mengidentifikasi nsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dalam naskah
drama gerr karya Putu Wijaya peserta didik kelas VII SMP NEGERI 12 Palangka
Raya tahun pelajaran 2018/2019.
1.5.2.
Tujuan
Khusus
Secara khusus, penelitian ini dilakukan
dengan tujuan sebagai berikut.
1.
Mendeskripsikan
penerapan peserta didik kelas VII SMP NEGERI 12 Palangka Raya tahun pelajaran
2018/2019 dalam mengidentifikasi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik drama
menggunakan model pembelajaran Role Playing.
2.
Mendeskripsikan
hasil belajar peserta didik kelas VII SMP NEGERI 12 Palangka Raya tahun
pelajaran 2018/2019 dalam mengidentifikasi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik
drama menggunakan model pembelajaran Role Playing.
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan mafaat sebagai berikut.
a.
Manfaat
untuk peserta didik
Manfaat penelitian ini bagi peserta didik,
setelah menerapkan model pembelajaran Role Playing diharapkan dapat membantu
peserta didik dalam keterampilan berbicara dan menyimak, khususnya saat
menonton pementasan drama dan memerankan tokoh tokohnya di depan kelas maupun
depan umum.
b.
Manfaat
utuk guru
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat
bermanfaat untuk memberi solusi dan masukan bagi guru mata pelajaran bahasa
Indonesia dalam menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif di
mata pelajaran mengidentifikasi unsur intrisik dan unsur ektrinsik drama,
sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, terararh, dan tetap
terkondisi.
c.
Manfaat
untuk sekolah
Penelitian ini bermanfaat bagi sekolah
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pengajarannya..
BAB
2
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Pengertian
Berbicara
Berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiram, gagasan, dan perasaan
(Tarigan, 2008: 16). Pengertian tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa
berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk
menyampaikan apa yang akan disampaikan baik itu perasaan, ide, atau gagasan.
Sejalan dengan pendapat tersebut,
Brown dan Yule (dalam Santosa, dkk 2006: 34) mengemukakan bahwa berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau
menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan secara lisan. Pengertian ini pada
intinya mempunyai makna yang sama dengan pengertian yang disampaikan oleh yaitu
berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata. Sedangkan membaca merupakan
pelafalan huruf yang membentuk sebuah kata.
2.2.Tujuan
berbicara dan membaca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar