Halaman

Kamis, 27 Desember 2018

Other


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DALAM NASKAH DRAMA GERR KARYA PUTU WIJAYA KELAS VII SEMESTER DUA
SMP NEGERI 12 PALANGKA RAYA TAHUN AJARAN 2018/2019

























                                                       BAB 1
                                                PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
     Pelajaran sastra drama adalah suatu pelajaran yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan di jenjang pendidikan sekolah menengah pertama atau sederajat dan sekolah menengah atas atau sederajat. Sastra drama adalah suatu karya sastra yang menggambarkan kehidupan manusia dengan gerak. Drama menggambarkan realita kehidupan, watak, serta tingkah laku manusia melalui peran dan dialog yang dipentaskan. Kisah dan cerita dalam drama membuat konflik dan emosi yang secara khusus ditujukan untuk pementasan teater. Dalam drama para pemain dituntut untuk menguasai naskah supaya cerita yang dimainkan bisa tersampaikan kepada penonton. Selain  penguasaan naskah yamh dimainkan, pemain juga diharuskan memiliki kemampuan menempatkan diri pada tokoh yang diperaninya dan kemampuan mengkomunikasikan apa yang sudah dipahaminya melalui permainannya di panggung. Dalam pelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang yang harus dikuasai peserta didik, yatu menulis, membaca, menyimak, dan berbicara. Dua dari empat keterampilan berbahasa ini juga diperlukan dalam pelajaran sastra drama karena dalam proses belajar di kelas peserta didik diharuskan mampu membaca naskah secara intensif, menghafal naskah dan kemudian berdialog atau berbicara baik secara individu maupun berinteraksi.

      Tarigan (2007: 15) menyatakan bahwa “Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi atau artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.”Jadi, dengan berbicara peserta didik dapat mengekspresikan pemikiran, gagasan, maupun perasaan yang sedang dialami, dilihat dan dirasakannya dalam memerankan tokoh dari naskah tersebut.

      Telah kita ketahui bahwa bermain drama adalah hal yang menarik dan menyenangkan dilakukan, tidak hanya di perguruan tinggi saja yang memiliki sanggar teater drama dan pelajaran drama, tapi juga di sekolah-sekolah menengah seperti SMP/sederajat dan SMA/Sederajat juga memiliki sanggar teater drama dan mata pelajaran drama. Bermain drama juga tidak terbatas umur, baik anak-anak, remaja, dewasa, dan tua pun bia bermain drama selama memiliki kemamuan untuk berlatih dan drama teater juga tidak hanya untuk hiburan ataupun tuntutan penilaian saja, tapi juga bisa menjadi sebuah pekerjaan yang dapat menghasilkan uang. Dalam drama juga tidak terbatas profesi, segala macam kalangan bisa bermain drama. Dengan menonton drama serta menyimak cerita yang dipentaskan secara baik maka dapat ditemukan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsiknya.

      Materi tentang mengidentifikasi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dalam naskah drama gerr karya Putu Wijaya merupakan bagian dari pelajaran bahasa Indonesia kurikulum 2013 di kelas VII tingkat SMP atau sederajat. Unsur intrinsik adalah unsur dalam sebuah carita yang meliputi alur/plot, judul, tema, gaya bahasa, tokoh dan penokohan, latar, amanat dan dialog. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur luar atau faktor yang mempengaruhi jalan sebuah cerita yang meliputi kepercayaan pengarang, latar belakang dan pandangan hidup pengarang, situasi sosial pada saat critanya diciptakan, nilai-nilai agama, politik, ekonomi, budaya, psikologis pengarang, dan latar belakang yang melandasi penciptaan karya sastra. Dengan kata lain peserta didik dapat lebih teliti saat menonton pementasan drama dan melihat kemampuan pola pikir dan pengamatan mereka saat mengidentifikasi sesuatu yang sedang mereka tiliti dan amati khususnya sebuah pementasan drama, baik itu secara langsung (pementasan dipanggung) maupun menonton secara tidak langsung (melalui televisi atau kaset vidio) dengan menggunakan model pembelajaran role playing. Menurut Miarso dalam bukunya Warsita, strategi pembelajaran merupakan kondisi yang diciptakan oleh guru dengan sengaja agar peserta didiknya difasilitasi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diciptakan. Sadiman dalam bukunya Warsita juga mengatakan strategi pembelajaran merupakan usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses dalam diri peserta didik.

1.2. Identifikasi Masalah
      Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1.      Permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam proses mengidentifikasi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik drama, yaitu kemampuan menyimak peserta didik yang masih rendah.
2.      Permasalahan yang lainnya adalah kurangnya inisiatif peserta didik untuk menulis pokok-pokok penting dari pementasan drama yneg telah mereka saksikan.
3.      Selain itu peserta didik kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
4.      Permasalahan lainnya adalah kurangnya keberanian dan kepercayaan diri peserta didik saat diminta berperan pendek dalam cerita yang telah mereka saksikan tersebut di depan kelas.

1.3. Rumusan Masalah
      Berdasarkan hal di atas, penelitian yang berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DALAM NASKAH DRAMA GERR KARYA PUTU WIJAYA KELAS VII SEMESTER DUA SMP NEGERI 12 PALANGKA RAYA TAHUN AJARAN 2018/2019”, dirumuskan sebagai berikut.

1.      Bagaimana penerapan model pembelajaran role playing dalam pembelajaran menyimak dan berbicara pada materi mengidentifikasi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dalam naskah drama gerr karya Putu Wijaya peserta didik kelas VII SMP NEGERI 12 Palangka Raya tahun ajaran 2018/2019.
2.      Bagaimana hasil belajar peserta didik kelas VII SMP NEGERI 12 Palangka Raya pada pembelajaran mengidentifikasi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dalam naskah drama gerr karya Putu Wijaya dengan menggunakan model pembelajaran role playing.

1.4. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi agar mencapai sasaran yang tepat dan terarah maka perlu dibatasi permasalahan yang akan diteliti. Pada penelitian ini, permasalahan dibatasi dan difokuskan pada kemampuan berbicara dan menyimak peserta didik yang masiih kurang, khususnya ketika menonton pementasan drama yang ditayangkan dan diminta untuk memerankan drama pendek dari cerita naskah yang telah mereka tonton berjudul “GERR” karya Putu Wijaya. Penelitian ini menerapkan model Role Playing.

1.5.  Tujuan Penelitian
1.5.1.      Tujuan Umum
    Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang penerapan model pembelajaran Role Playing dalam pelajaran mengidentifikasi nsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dalam naskah drama gerr karya Putu Wijaya peserta didik kelas VII SMP NEGERI 12 Palangka Raya tahun pelajaran 2018/2019.
1.5.2.      Tujuan Khusus
   Secara khusus, penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.
1.      Mendeskripsikan penerapan peserta didik kelas VII SMP NEGERI 12 Palangka Raya tahun pelajaran 2018/2019 dalam mengidentifikasi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik drama menggunakan model pembelajaran Role Playing.
2.      Mendeskripsikan hasil belajar peserta didik kelas VII SMP NEGERI 12 Palangka Raya tahun pelajaran 2018/2019 dalam mengidentifikasi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik drama menggunakan model pembelajaran Role Playing.
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan mafaat sebagai berikut.
a.       Manfaat untuk peserta didik
    Manfaat penelitian ini bagi peserta didik, setelah menerapkan model pembelajaran Role Playing diharapkan dapat membantu peserta didik dalam keterampilan berbicara dan menyimak, khususnya saat menonton pementasan drama dan memerankan tokoh tokohnya di depan kelas maupun depan umum.
b.      Manfaat utuk guru
   Melalui penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk memberi solusi dan masukan bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia dalam menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif di mata pelajaran mengidentifikasi unsur intrisik dan unsur ektrinsik drama, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, terararh, dan tetap terkondisi.
c.       Manfaat untuk sekolah
    Penelitian ini bermanfaat bagi sekolah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pengajarannya..










                                                BAB 2
                                      KAJIAN PUSTAKA 

2.1.Pengertian Berbicara
            Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiram, gagasan, dan perasaan (Tarigan, 2008: 16). Pengertian tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk menyampaikan apa yang akan disampaikan baik itu perasaan, ide, atau gagasan.
            Sejalan dengan pendapat tersebut, Brown dan Yule (dalam Santosa, dkk 2006: 34) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan secara lisan. Pengertian ini pada intinya mempunyai makna yang sama dengan pengertian yang disampaikan oleh yaitu berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata. Sedangkan membaca merupakan pelafalan huruf yang membentuk sebuah kata.
2.2.Tujuan berbicara dan membaca


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEKNOLOGI INDUSTRI HOLTIKULTURA KLIMATRIKS

TEKNOLOGI INDUSTRI HOLTIKULTURA KLIMATRIKS   JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA 2018