Halaman

Selasa, 25 Desember 2018

PERBAIKAN TANAH DENGAN GEOSINTETIK


PERBAIKAN TANAH DENGAN GEOSINTETIK


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Geologi Rekayasa

Dosen Pengajar :
Okrobianus Hendri, S.T., M.T.
NIP.19751001 200601 1 003

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2018


KATA PENGANTAR


 Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya pada kami, salawat beserta salam semoga Allah limpah curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya sampai akhir zaman.
Upaya maksimal telah saya lakukan untuk menyelesaikan laporan tugas ini dengan harapan dapat mencapai hasil sebaik mungkin. Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih kurang dari harapan mengingat kemampuan yang dimiliki terbatas.
Sehingga, kritik dan saran kami harapkan untuk kemajuan pengetahuan serta kemampuan kami untuk kedepannya. Laporan ini juga tidak akan berhasil tanpa berbagai pihak yang telah rela membantu pembuatannya. Maka saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
      Akhirnya, saya berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi saya khususnya dan para pembaca pada umumnya.




Palangka Raya,  Mei 2018


Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Metode Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan Gambaran Umum Geosintetik
2.2. Klasifikasi dan Identifikasi Geosintetik
2.3. Fungsi Geosintetik
2.4. Aplikasi dan Dasar Perencanaan
a. Aplikasi pada timbunan di atas tanah lunak
b. Aplikasi pada perkuatan lereng
c. Aplikasi pada dinding penahan tanah yang distabilisasi secara Mekanis
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA







BAB I

PENDAHULUAN


Dalam ilmu rekayasa teknik sipil seperti geoteknik salah satu permasalahan yang terjadi adalah daya dukung tanah yang tidak sesuai dengan harapan. Dimana kondisi ini dapat membahayakan struktur yang ditopangnya. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan atau perkuatan tanah agar daya dukung tanah bisa meningkat.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk melakukan hal tersebut. Seperti compaction, sand drain, geosintetis dan lain-lain. Salah satu yang sering digunakan adalah dengan geosintetis. Geosintetis

Adapun rumusan masalah dalam makalh ini adalah sebagai berikut :
a.       Pengertian dan gambaran awal geosintetik.
b.      Klasifikasi dan identifikasi geosintetik.
c.       Fungsi Geosintetik.
d.      Aplikasi dan dasar perencanaan geosintetik.

Metode penulisan yang dilakukan adalah studi pustaka dan menginterpretasikannya dengan pengetahuan pembaca.




BAB II

PEMBAHASAN


Geosintetik merupakan Istilah umum untuk produk berbentuk lembaran yang terbuat dari bahan polimer lentur, digunakan dengan tanah, batuan, atau material geoteknik lainnya, sebagai suatu kesatuan pekerjaan buatan manusia, struktur, maupun sistem (ASTM D 4439).
Geotekstil adalah Produk geosintetik yang terdiri dari jaringan yang beraturan dan terhubung satu sama lainnya, dengan ukuran bukaan lebih besar dari 6,35 mm sehingga memungkinkan untuk saling mengunci dengan tanah, batuan ataupun struktur lain di sekitarnya serta memiliki fungsi primer sebagai perkuatan (ASTM D 4439).

Klasifikasi geosintetik diperlihatkan pada Gambar 2.1. Pada dasarnya, geosintetik terbagi menjadi dua yaitu tekstil dan jaring (web). Berdasarkan bahannya, kedua jenis geosintetik dibagi menurut bahan sintetik dan alami. Sebagian besar geosintetik terbuat dari polimer sintetik seperti polipropilena (PP), poliester (PET) atau polietilena (PE). Material polimer tersebut sangat tahan terhadap degradasi biologis dan kimiawi. Jenis lain yang jarang digunakan adalah poliamida (PA) atau nilon dan serat kaca. Bahan alami (seperti serat kapas, rami) juga dapat digunakan seperti geotekstil, terutama untuk aplikasi yang bersifat sementara.
Berdasarkan sifat permeabilitas, geosintetik terbagi menjadi kedap air dan lolos air. Geotekstil adalah jenis geosintetik yang lolos air yang berasal dari bahan tekstil. Geomembran merupakan jenis geosintetik kedap air yang biasa digunakan sebagai penghalang zat cair.
Dalam proses pembuatan geotekstil, elemen tekstil seperti serat-serat atau beberapa untaian serat (yarn) dikombinasikan menjadi struktur tekstil lembaran. Elemen tersebut dapat berupa filamen (serat menerus) berbentuk benang polimer tipis dan panjang atau serabut serat (staple fiber) berbentuk filamen pendek dengan panjang antara 20- 150 mm. Elemen tekstil tersebut juga dapat dibuat dengan memotong suatu lembaranplastik atau film untuk membentuk pita tipis datar. Pada filamen dan potongan film (slit film), proses pengeluaran atau penarikan akan memanjangkan polimer dalam arah penarikan sehingga meningkatkan kekuatan filamen.
Jenis geotekstil kemudian dibagi berdasarkan metode yang digunakan untuk mengkombinasikan filamen atau pita menjadi struktur lembaran. Jenis geotekstil yang utama adalah tak-teranyam (non-woven) dan teranyam (woven). Geotekstil teranyam terbuat dari monofilamen, multifilamen, fibrillated yarns atau dari potongan film dan pita. Proses penganyaman untuk geosintetik teranyam sama dengan pembuatan tekstil biasa. Geotekstil tak-teranyam dilakukan dengan teknologi canggih dimana serat polimer atau filamen didesak keluar dan dipuntir secara menerus, ditiup atau ditempatkan pada suatu sabuk berjalan. Kemudian massa filamen atau serat tersebut. Disatukan dengan proses mekanis dengan tusukan jarum-jarum kecil atau disatukan dengan panas dimana serat tersebut “dilas” oleh panas dan/atau tekanan pada titik kontak serat dengan massa teksil tak-teranyam.
Geogrid merupakan suatu contoh dari jenis geosintetik yang berbentuk jaring (web). Fungsi geogrid yang utama adalah sebagai perkuatan. Geogrid dibentuk oleh suatu jaring teratur dengan elemen-elemen tarik dan mempunyai bukaan berukuran tertentu sehingga saling mengunci (interlock) dengan bahan pengisi di sekelilingnya.
Saat ini terdapat material yang secara teknis tidak dapat disebut tekstil, misalnya jaring, grid, net, jala (mesh) dan komposit. Geotekstil dan produk-produk tersebut, seperti net dan grid, dapat dikombinasikan dengan geomembran atau bahan sintetik lainnya untuk mendapatkan karakteristik terbaik dari setiap bahan. Produk tersebut dikenal sebagai geokomposit dan produk ini dapat berupa gabungan dari geotekstilgeonet, geotekstil-geogrid, geotekstil-geomembran, geomembran-geonet, dan bahkan struktur sel polimer tiga dimensi. Kombinasi bahan-bahan pembentuk geokomposit tersebut sangat banyak dan hampir tidak terbatas. Selain itu terdapat juga tipe-tipe geosintetik lain seperti geosynthetic clay liner maupun geopipa (Koerner, 2003).

Gambar 2.1 Klasifikasi Geosintetik

Pada umumnya geosintetik dapat diidentifikasi berdasarkan:
·         Tipe polimer (definisi deskriptif, misalnya polimer berkepadatan tinggi, polimer berkepadatan rendah);
·         Tipe elemen (misalnya filamen, tenunan, untaian, rangka, rangka yang dilapis);
·         Proses pembuatan (misalnya teranyam, tak teranyam dan dilubangi dengan jarum, tak teranyam dan diikat dengan panas, diperlebar atau ditarik, dijahit, diperkeras, diperhalus);
·         Tipe geosintetik primer (misalnya geotekstil, geogrid, geomembran);
·         Massa per satuan luas (untuk geotekstil, geogrid, geosynthetic clay liner, dan geosintetik penahan erosi) dan atau ketebalan (untuk geomembran);
·         Informasi tambahan atau sifat-sifat fisik lain yang dibutuhkan untuk menggambarkan material dalam aplikasi tertentu;

Geosintetik memiliki fungsi primer dan fungsi sekunder yang biasanya lebih dari satu fungsi. Kedua fungsi tersebut menjadikan geosintetik dapat berkontribusi secara total pada saat penerapannya. Dengan demikian, kedua fungsi ini perlu dipertimbangkan pada saat perhitungan dan pembuatan spesifikasi perencanaan.
Geosintetik memiliki enam fungsi sebagai berikut:
a.       Filtrasi: bahan geosintetik digunakan untuk mengalirkan air ke dalam system drainase dan mencegah terjadinya migrasi partikel tanah melalui filter. Contoh penggunaan geosintetik sebagai filter adalah pada sistem drainase porous.
b.      Drainase: bahan geosintetik digunakan untuk mengalirkan air dari dalam tanah. Bahan ini contohnya digunakan sebagai drainase di belakang abutmen atau dinding penahan tanah.
c.       Separator: bahan geosintetik digunakan di antara dua material tanah yang tidak sejenis untuk mencegah terjadi pencampuran material. Sebagai contoh, bahan ini digunakan untuk mencegah bercampurnya lapis pondasi jalan dengan tanah dasar yang lunak sehingga integritas dan tebal rencana struktur jalan dapat dipertahankan.
d.      Perkuatan: sifat tarik bahan geosintetik dimanfaatkan untuk menahan tegangan atau deformasi pada struktur tanah.
e.       Penghalang: bahan geosintetik digunakan untuk mencegah perpindahan zat cair atau gas. Fungsi geosintetik ini contohnya adalah geomembran untuk menjaga fluktuasi kadar air pada tanah ekspansif atau digunakan pada penampungan sampah.
f.       Proteksi: bahan geosintetik digunakan sebagai lapisan yang memperkecil tegangan lokal untuk mencegah atau mengurangi kerusakan pada permukaan atau lapisan tersebut. Sebagai contoh, tikar geotekstil (mat) digunakan untuk mencegah erosi tanah akibat hujan dan aliran air. Contoh lainnya, geotekstil tak-teranyam digunakan untuk mencegah tertusuknya geomembran oleh tanah atau batu di sekelilingnya pada saat pemasangan.

Tanah lunak didefinisikan sebagai tanah lempung atau gambut dengan kuat geser kurang dari 25 kN/m2 berdasarkan Panduan Geoteknik 1 No. Pt T-08-2002-B (DPU, 2002a). Jika menggunakan korelasi dari AASHTO M288-06 (CBR≈30 cu), maka nilai kuat geser ini setara dengan nilai CBR lapangan kurang dari 1.
Timbunan yang dibangun di atas tanah lunak memiliki kecenderungan untuk menyebar secara lateral akibat tekanan tanah horizontal yang bekerja di dalam timbunan. Tekanan tanah ini menimbulkan tegangan geser horizontal pada dasar timbunan yang harus ditahan oleh tanah pondasi. Apabila tanah pondasi tidak memiliki tahanan geser yang cukup, maka akan terjadi keruntuhan.
Pemasangan geotekstil atau geogrid berkekuatan tinggi yang direncanakan dengan tepat akan berfungsi sebagai perkuatan untuk meningkatkan stabilitas serta mencegah keruntuhan. Geotekstil atau geogrid juga akan mengurangi pergeseran horizontal dan vertikal tanah di bawahnya, sehingga dapat mengurangi penurunan diferensial.
Perlu diperhatikan bahwa perkuatan geosintetik tidak akan mengurangi besarnya konsolidasi jangka panjang atau penurunan sekunder timbunan. Oleh karena itu apabila kriteria kinerja utama dari suatu bangunan (timbunan) adalah penurunan, maka penanganan dengan geosintetik tidak sesuai untuk dipilih.
Fungsi perkuatan pada konstruksi timbunan adalah sebagai berikut:
·         Meningkatkan faktor keamanan rencana;
·         Menambah tinggi timbunan;
·         Mencegah pergeseran timbunan selama pelaksanaan;
·         Memperbaiki kinerja timbunan karena penurunan pasca konstruksi yang seragam.
Perkuatan timbunan yang dibangun di atas tanah lunak umumnya akan berada dalam dua kondisi, yaitu:
·         Timbunan dibangun di atas deposit yang seragam;
·         Timbunan dibangun di atas zona lemah lokal.
Aplikasi perkuatan timbunan yang paling umum untuk kondisi pertama adalah timbunan jalan, tanggul, atau bendungan yang dibangun di atas lapisan lanau, lempung atau gambut jenuh air yang sangat lunak. Pada kondisi ini, arah terkuat dari geosintetik biasanya ditempatkan tegak lurus terhadap garis tengah timbunan. Perkuatan tambahan dengan arah terkuat yang ditempatkan sejajar dengan garis tengah timbunan dapat juga dibutuhkan pada ujung timbunan. Aplikasi kedua adalah konstruksi timbunan yang berada di atas tanah yang mempunyai zona lemah lokal atau tanah berongga. Zona atau rongga ini dapat diakibatkan oleh lubang amblasan (sink hole), aliran sungai tua, atau kantung lanau, lempung atau gambut. Untuk aplikasi ini, fungsi perkuatan adalah sebagai jembatan di atas zona lemah lokal atau rongga, dan perkuatan tarik yang dibutuhkan dapat lebih dari satu arah. Oleh karena itu, arah terkuat dari geosintetik harus ditempatkan dengan arah yang benar terhadap garis tengah timbunan.
Perkuatan geotekstil atau geogrid dapat dipasang satu lapis atau lebih tergantung besarnya gaya geser yang akan ditahan.



Gambar 2.2 Timbunan di atas Tanah Lunak


Gambar 2.3 Timbunan di Atas Zona Lemah Setempat dan Tanah Berongga

Landasan pendekatan perencanaan timbunan yang diperkuat adalah perencanaan untuk mencegah keruntuhan. Gambar 2.4 menunjukkan mode keruntuhan yang dapat terjadi pada timbunan yang diperkuat. Ketiga kemungkinan keruntuhan tersebut memberikan indikasi jenis analisis stabilitas yang dibutuhkan. Selain itu, penurunan timbunan dan potensi rangkak pada perkuatan juga harus dipertimbangkan.


Gambar 2.4 Mode Keruntuhan pada Timbunan yang diperkuat

Stabilitas timbunan di atas tanah lunak lazimnya dihitung dengan menggunakan metode analisis tegangan total. Analisis ini cukup konservatif karena pada analisis ini diasumsikan tidak terjadi peningkatan kekuatan pada tanah dasar.
Metode analisis tegangan efektif dengan menggunakan parameter efektif juga dapat dilakukan, akan tetapi dibutuhkan estimasi tekanan air pori lapangan yang akurat. Selain itu dibutuhkan pula pengujian triaksial terkonsolidasi-tak terdrainse (CU) untuk mendapatkan parameter efektif untuk analisis. Karena estimasi tekanan air pori lapangan tidak mudah dilakukan, maka selama konstruksi harus dipasang pisometer untuk menghitung kecepatan penimbunan. Dengan demikian prosedur perencanaan yang digunakan pada pedoman ini menggunakan analisis tegangan total, karena dianggap lebih sesuai dan lebih sederhana untuk perencanaan perkuatan timbunan.
Lereng tanah yang diperkuat merupakan suatu bentuk stabilisasi tanah secara mekanis dengan menggunakan elemen perkuatan sebidang dalam suatu  struktur lereng yang mempunyai kemiringan muka kurang dari 70°. Sedangkan struktur tanah yang distabilisasi secara mekanis dengan kemiringan muka 70° sampai dengan 90° diklasifikasikan sebagai dinding penahan.
Fungsi utama dari lereng tanah yang diperkuat adalah:
a.       Meningkatkan stabilitas lereng, terutama jika diinginkan sudut kemiringan lereng lebih besar tetapi tetap aman dibandingkan dengan lereng yang tidak diperkuat, atau setelah terjadinya keruntuhan (lihat Gambar 2.5). Jenis drainase yang dipakai adalah pipa berlubang (perforated pipes) yang dibungkus dengan material granular dan dihubungkan dengan saluran drainase dari agregat kasar dan dilapisi dengan geotekstil filter. Dapat pula digunakan sistem geokomposit untuk saluran. Kriteria drainase ini tidak dibahas rinci dalam pedoman ini. Detail drainase diperlihatkan pada Gambar 4.2;
b.      Fungsi dari geosintetik yang ditempatkan di tepi lereng timbunan yang dipadatkan adalah untuk memberikan tahanan lateral selama pemadatan timbunan (lihat Gambar 2.6). Meningkatnya tahanan lateral memungkinkan terjadinya peningkatan kepadatan tanah dan meningkatkan pengurungan (confinement) lateral untuk tanah di muka lereng. Perkuatan tepi tersebut juga memungkinkan beroperasinya alat berat secara aman di tepi lereng. Untuk timbunan dengan tanah kohesif, dapat digunakan geosintetik tak-teranyam yang sebidang dengan perkuatan sehingga dapat mendisipasi tekanan pori di dalam timbunan yang dipadatkan.



Gambar 2.5 Perkuatan untuk meningkatkan stabilitas lereng


Gambar 2.6 Perkuatan untuk meningkatkan kepadatan di kaki lereng dan stabilitas permukaan lereng




Gambar 2.7 Detail Drainase Bawah Permukaan

Keuntungan ekonomis dari perkuatan lereng ini diantaranya:
·         Mengurangi pemakaian lahan karena lereng dengan perkuatan dapat lebih tegak;
·         Mengurangi volume bahan timbunan;
·         Memungkinkan digunakannnya timbunan dengan kualitas yang lebih rendah;
·         Mengurangi biaya untuk elemen-elemen penutup (facing) seperti yang diperlukan dalam dinding yang distabilisasi secara mekanis.

Lereng yang diperkuat diantaranya diaplikasikan pada pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut (lihat Gambar 2.8):
a.       Konstruksi timbunan jalan baru;
b.      Pelebaran timbunan jalan lama;
c.       Perbaikan keruntuhan lereng.





Gambar 2.8 Aplikasi Lereng Tanah yang Diperkuat

Lereng tanah yang diperkuat dapat pula diaplikasikan dalam konstruksi berikut ini:
a. Stabilitas permukaan di hulu/hilir dan peningkatan tinggi bendung;
b. Konstruksi tanggul permanen dan struktur pemantau banjir sementara;
c. Semakin tegaknya timbunan abutmen dan pengurangan bentang jembatan;
d. Pelebaran jalan sementara untuk pembuatan jalan memutar;
e. Konstruksi timbunan menggunakan tanah berbutir halus yang jenuh air.



Pemilihan sifat-sifat teknis tanah dasar harus difokuskan untuk penentuan daya dukung, potensi penurunan, dan posisi muka air tanah. Penentuan kapasitas daya dukung membutuhkan parameter kohesi (c), sudut geser (φ) dan berat isi (γ) serta posisi muka air tanah. Untuk penentuan penurunan tanah dasar diperlukan parameter koefisien konsolidasi (cv), indeks kompresibilitas (Cc) dan angka pori (e).
Pemilihan kriteria tanah timbunan yang diperkuat harus mempertimbangkan kinerja jangka panjang struktur, stabilitas masa konstruksi dan faktor degradasi lingkungan yang terjadi terhadap perkuatan.
Pengetahuan dan pengalaman dengan lereng tahan yang diperkuat dan dinding penahan tanah yang distabilisasi secara mekanis selama ini hanyalah dengan menggunakan tanah timbunan berbutir (non-kohesif). Oleh karena itu pengetahuan tentang distribusi tegangan internal, tahanan cabut, dan bentuk bidang keruntuhan terbatas pada sifat-sifat teknis unik dari jenis tanah tersebut.
Setiap tanah yang memenuhi syarat sebagai timbunan dapat digunakan dalam system perkuatan lereng. Akan tetapi material dengan kualitas tinggi akan memudahkan pemadatan dan meminimalkan kebutuhan perkuatan.
Persyaratan perencanaan untuk lereng yang diperkuat pada intinya sama dengan perencanaan lereng tanpa perkuatan: faktor keamanan harus memenuhi untuk jangka panjang dan jangka pendek terhadap mode-mode keruntuhan yang dapat terjadi.
Tiga mode keruntuhan yang dapat terjadi adalah (lihat Gambar 4.4):
a.       Keruntuhan internal, dimana bidang keruntuhan memotong elemen perkuatan;
b.      Keruntuhan eksternal, dimana bidang keruntuhan melewati bagian belakang dan di bawah massa tanah yang diperkuat;
c.       Keruntuhan gabungan, dimana bidang keruntuhan melewati bagian belakang dan juga memotong massa tanah yang diperkuat.




Gambar 2.9 Moda Keruntuhan Tanah Lereng yang Diperkuat



Gambar 2.10 Tahapan Perencanaan Lereng yang Diperkuat



Konstruksi dinding penahan tanah dipilih jika konstruksi lereng dinilai sudah tidak ekonomis dan tidak layak secara teknis. Salah satu jenis dinding penahan tanah adalah dinding penahan tanah yang distabilisasi secara mekanis (mechanically stabilized earth wall, MSEW), selanjutnya disingkat menjadi dinding MSE.
Dinding MSE pada dasarnya terdiri dari perkuatan di dalam timbunan tanah yang membantu menahan tekanan tanah lateral. Jika dibandingkan dengan dinding penahan tanah konvensional, dinding MSE biasanya mempunyai beberapa keunggulan. Dinding MSE lebih fleksibel dibandingkan dinding penahan tanah biasa seperti dinding kantilever beton atau dinding penahan tanah tipe gravitasi. Oleh karena itu, dinding MSE lebih sesuai untuk daerah dengan tanah pondasi yang buruk dan daerah seismik aktif.
Dinding MSE menggunakan beberapa jenis bahan perkuatan diantaranya besi lunak (mild steel) yang digalvanis atau dilapis epoksi dan geosintetik. Akan tetapi, yang tercakup dalam pedoman ini hanyalah dinding MSE yang diperkuat dengan perkuatan geosintetik (geotekstil dan geogrid).
Struktur dinding MSE, termasuk yang diperkuat dengan geosintetik, dapat dipertimbangkan sebagai alternatif yang efektif untuk menggantikan dinding gravitasi konvensional, kantilever beton, atau dinding penahan yang diperkuat dengan pita metalik (metallic strips).
Penggunaan geosintetik memberikan solusi yang sangat variabel dan ekonomis dibandingkan dengan pita metalik, terutama pada kondisi lingkungan yang berbeda beda. Tinggi maksimum dinding yang diperkuat dengan geosintetik hanya mencapai kurang lebih 15 m – 22 m, sedangkan dengan pita metalik dapat melebihi 30 m.



Sistem dinding MSE dapat digambarkan melalui geometri perkuatan, mekanisme transfer tegangan, bahan perkuatan, kemampuan memanjang perkuatan, dan jenis penutup muka serta sambungan.
A. Geometri perkuatan
Geometri perkuatan terdiri dari tiga jenis, yaitu:
·         Linier satu arah: pita (strip), termasuk pita-pita baja beralur atau baja mulus atau pita-pita geosintetik yang dilapis;
·         Komposit satu arah: grid atau tikar batangan (bar mat) yang dicirikan oleh spasi antar grid yang lebih besar dari 150 mm;
·         Bidang datar (planar) dua arah: geosintetik lembaran menerus, anyaman kawat (wire mesh) yang dilas, dan wire mesh teranyam.

B. Bahan perkuatan
Dari jenis bahan, dinding MSE dapat dibagi menjadi perkuatan metalik dan perkuatan non-metalik:
·         Perkuatan metalik: biasanya besi lunak (mild steel) yang digalvanis atau dilapis epoksi.
·         Perkuatan non-metalik: umunya bahan polimer yang terdiri dari polipropilen, polietilen atau poliester.

C. Kemampuan memanjang perkuatan
·         Perkuatan yang tidak dapat memanjang (inextensible): deformasi timbunan pada saat runtuh jauh lebih kecil dari deformasi pada tanah.
·         Perkuatan yang dapat memanjang (extensible): deformasi timbunan pada saat runtuh hampir sama atau bahkan lebih besar daripada deformasi pada tanah.



BAB III

KESIMPULAN


Geosintetik merupakan Istilah umum untuk produk berbentuk lembaran yang terbuat dari bahan polimer lentur, digunakan dengan tanah, batuan, atau material geoteknik lainnya, sebagai suatu kesatuan pekerjaan buatan manusia, struktur, maupun sistem (ASTM D 4439).
Geotekstil adalah Produk geosintetik yang terdiri dari jaringan yang beraturan dan terhubung satu sama lainnya, dengan ukuran bukaan lebih besar dari 6,35 mm sehingga memungkinkan untuk saling mengunci dengan tanah, batuan ataupun struktur lain di sekitarnya serta memiliki fungsi primer sebagai perkuatan (ASTM D 4439).
Pada dasarnya, geosintetik terbagi menjadi dua yaitu tekstil dan jaring (web). Berdasarkan bahannya, kedua jenis geosintetik dibagi menurut bahan sintetik dan alami.
Geosintetik memiliki enam fungsi sebagai berikut:
a.       Filtrasi: bahan geosintetik digunakan untuk mengalirkan air ke dalam system drainase dan mencegah terjadinya migrasi partikel tanah melalui filter. Contoh penggunaan geosintetik sebagai filter adalah pada sistem drainase porous.
b.      Drainase: bahan geosintetik digunakan untuk mengalirkan air dari dalam tanah. Bahan ini contohnya digunakan sebagai drainase di belakang abutmen atau dinding penahan tanah.
c.       Separator: bahan geosintetik digunakan di antara dua material tanah yang tidak sejenis untuk mencegah terjadi pencampuran material. Sebagai contoh, bahan ini digunakan untuk mencegah bercampurnya lapis pondasi jalan dengan tanah dasar yang lunak sehingga integritas dan tebal rencana struktur jalan dapat dipertahankan.
d.      Perkuatan: sifat tarik bahan geosintetik dimanfaatkan untuk menahan tegangan atau deformasi pada struktur tanah.
e.       Penghalang: bahan geosintetik digunakan untuk mencegah perpindahan zat cair atau gas. Fungsi geosintetik ini contohnya adalah geomembran untuk menjaga fluktuasi kadar air pada tanah ekspansif atau digunakan pada penampungan sampah.
f.       Proteksi: bahan geosintetik digunakan sebagai lapisan yang memperkecil tegangan lokal untuk mencegah atau mengurangi kerusakan pada permukaan atau lapisan tersebut. Sebagai contoh, tikar geotekstil (mat) digunakan untuk mencegah erosi tanah akibat hujan dan aliran air. Contoh lainnya, geotekstil tak-teranyam digunakan untuk mencegah tertusuknya geomembran oleh tanah atau batu di sekelilingnya pada saat pemasangan.



DAFTAR PUSTAKA



DPU. 2002b. Pt T-10-2002-B. Panduan Geoteknik 4: Desain dan Konstruksi. Departemen Pekerjaan Umum (DPU), Indonesia.
DPU. 2009. Perencanaan dan Perkuatan Tanah dengan Geosintetik. Departemen Pekerjaan Umum (DPU). Indonesia






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TEKNOLOGI INDUSTRI HOLTIKULTURA KLIMATRIKS

TEKNOLOGI INDUSTRI HOLTIKULTURA KLIMATRIKS   JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA 2018