PERBAIKAN TANAH DENGAN GEOSINTETIK
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Geologi Rekayasa
Dosen
Pengajar :
Okrobianus
Hendri, S.T., M.T.
NIP.19751001 200601 1 003
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat
Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya pada kami, salawat
beserta salam semoga Allah limpah curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,
beserta keluarga, sahabat, dan umatnya sampai akhir zaman.
Upaya
maksimal telah saya lakukan untuk menyelesaikan laporan tugas ini dengan
harapan dapat mencapai hasil sebaik mungkin. Saya menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih kurang dari harapan mengingat kemampuan yang dimiliki
terbatas.
Sehingga,
kritik dan saran kami harapkan untuk kemajuan pengetahuan serta kemampuan kami
untuk kedepannya. Laporan ini juga tidak akan berhasil tanpa berbagai pihak
yang telah rela membantu pembuatannya. Maka saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu.
Akhirnya, saya berharap laporan ini dapat
memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi saya khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Palangka
Raya, Mei 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Metode Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan Gambaran Umum Geosintetik
2.2. Klasifikasi dan Identifikasi Geosintetik
2.3. Fungsi Geosintetik
2.4. Aplikasi dan Dasar Perencanaan
a. Aplikasi pada timbunan di atas tanah lunak
b. Aplikasi pada perkuatan lereng
c. Aplikasi pada dinding penahan tanah yang distabilisasi secara Mekanis
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Geologi Rekayasa
Dosen
Pengajar :
Okrobianus
Hendri, S.T., M.T.
NIP.19751001 200601 1 003
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat
Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya pada kami, salawat
beserta salam semoga Allah limpah curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,
beserta keluarga, sahabat, dan umatnya sampai akhir zaman.
Upaya
maksimal telah saya lakukan untuk menyelesaikan laporan tugas ini dengan
harapan dapat mencapai hasil sebaik mungkin. Saya menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih kurang dari harapan mengingat kemampuan yang dimiliki
terbatas.
Sehingga,
kritik dan saran kami harapkan untuk kemajuan pengetahuan serta kemampuan kami
untuk kedepannya. Laporan ini juga tidak akan berhasil tanpa berbagai pihak
yang telah rela membantu pembuatannya. Maka saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu.
Akhirnya, saya berharap laporan ini dapat
memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi saya khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Palangka
Raya, Mei 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Metode Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan Gambaran Umum Geosintetik
2.2. Klasifikasi dan Identifikasi Geosintetik
2.3. Fungsi Geosintetik
2.4. Aplikasi dan Dasar Perencanaan
a. Aplikasi pada timbunan di atas tanah lunak
b. Aplikasi pada perkuatan lereng
c. Aplikasi pada dinding penahan tanah yang distabilisasi secara Mekanis
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam ilmu rekayasa teknik sipil seperti geoteknik
salah satu permasalahan yang terjadi adalah daya dukung tanah yang tidak sesuai
dengan harapan. Dimana kondisi ini dapat membahayakan struktur yang
ditopangnya. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan atau perkuatan tanah agar daya
dukung tanah bisa meningkat.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk melakukan hal tersebut.
Seperti compaction, sand drain, geosintetis dan lain-lain. Salah satu yang
sering digunakan adalah dengan geosintetis. Geosintetis
Adapun rumusan masalah dalam makalh ini adalah sebagai
berikut :
a.
Pengertian dan
gambaran awal geosintetik.
b.
Klasifikasi dan
identifikasi geosintetik.
c.
Fungsi
Geosintetik.
d.
Aplikasi dan
dasar perencanaan geosintetik.
Metode
penulisan yang dilakukan adalah studi pustaka dan menginterpretasikannya dengan
pengetahuan pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
Geosintetik merupakan Istilah umum untuk produk
berbentuk lembaran yang terbuat dari bahan polimer lentur, digunakan dengan
tanah, batuan, atau material geoteknik lainnya, sebagai suatu kesatuan
pekerjaan buatan manusia, struktur, maupun sistem (ASTM D 4439).
Geotekstil adalah Produk geosintetik yang terdiri dari
jaringan yang beraturan dan terhubung satu sama lainnya, dengan ukuran bukaan
lebih besar dari 6,35 mm sehingga memungkinkan untuk saling mengunci dengan
tanah, batuan ataupun struktur lain di sekitarnya serta memiliki fungsi primer
sebagai perkuatan (ASTM D 4439).
Klasifikasi geosintetik diperlihatkan pada Gambar 2.1.
Pada dasarnya, geosintetik terbagi menjadi dua yaitu tekstil dan jaring (web).
Berdasarkan bahannya, kedua jenis geosintetik dibagi menurut bahan sintetik dan
alami. Sebagian besar geosintetik terbuat dari polimer sintetik seperti
polipropilena (PP), poliester (PET) atau polietilena (PE). Material polimer
tersebut sangat tahan terhadap degradasi biologis dan kimiawi. Jenis lain yang
jarang digunakan adalah poliamida (PA) atau nilon dan serat kaca. Bahan alami
(seperti serat kapas, rami) juga dapat digunakan seperti geotekstil, terutama
untuk aplikasi yang bersifat sementara.
Berdasarkan sifat permeabilitas, geosintetik terbagi
menjadi kedap air dan lolos air. Geotekstil adalah jenis geosintetik yang lolos
air yang berasal dari bahan tekstil. Geomembran merupakan jenis geosintetik
kedap air yang biasa digunakan sebagai penghalang zat cair.
Dalam proses pembuatan geotekstil, elemen tekstil
seperti serat-serat atau beberapa untaian serat (yarn) dikombinasikan menjadi
struktur tekstil lembaran. Elemen tersebut dapat berupa filamen (serat menerus)
berbentuk benang polimer tipis dan panjang atau serabut serat (staple fiber)
berbentuk filamen pendek dengan panjang antara 20- 150 mm. Elemen tekstil
tersebut juga dapat dibuat dengan memotong suatu lembaranplastik atau film
untuk membentuk pita tipis datar. Pada filamen dan potongan film (slit film),
proses pengeluaran atau penarikan akan memanjangkan polimer dalam arah
penarikan sehingga meningkatkan kekuatan filamen.
Jenis geotekstil kemudian dibagi berdasarkan metode
yang digunakan untuk mengkombinasikan filamen atau pita menjadi struktur
lembaran. Jenis geotekstil yang utama adalah tak-teranyam (non-woven)
dan teranyam (woven). Geotekstil teranyam terbuat dari monofilamen,
multifilamen, fibrillated yarns atau dari potongan film dan pita. Proses
penganyaman untuk geosintetik teranyam sama dengan pembuatan tekstil biasa.
Geotekstil tak-teranyam dilakukan dengan teknologi canggih dimana serat polimer
atau filamen didesak keluar dan dipuntir secara menerus, ditiup atau
ditempatkan pada suatu sabuk berjalan. Kemudian massa filamen atau serat
tersebut. Disatukan dengan proses mekanis dengan tusukan jarum-jarum kecil atau
disatukan dengan panas dimana serat tersebut “dilas” oleh panas dan/atau
tekanan pada titik kontak serat dengan massa teksil tak-teranyam.
Geogrid
merupakan suatu contoh dari jenis geosintetik yang berbentuk jaring (web).
Fungsi geogrid yang utama adalah sebagai perkuatan. Geogrid dibentuk oleh suatu
jaring teratur dengan elemen-elemen tarik dan mempunyai bukaan berukuran
tertentu sehingga saling mengunci (interlock) dengan bahan pengisi di
sekelilingnya.
Saat ini terdapat material yang secara teknis tidak
dapat disebut tekstil, misalnya jaring, grid, net, jala (mesh) dan komposit.
Geotekstil dan produk-produk tersebut, seperti net dan grid, dapat
dikombinasikan dengan geomembran atau bahan sintetik lainnya untuk mendapatkan
karakteristik terbaik dari setiap bahan. Produk tersebut dikenal sebagai
geokomposit dan produk ini dapat berupa gabungan dari geotekstilgeonet,
geotekstil-geogrid, geotekstil-geomembran, geomembran-geonet, dan bahkan
struktur sel polimer tiga dimensi. Kombinasi bahan-bahan pembentuk geokomposit
tersebut sangat banyak dan hampir tidak terbatas. Selain itu terdapat juga
tipe-tipe geosintetik lain seperti geosynthetic clay liner maupun
geopipa (Koerner, 2003).
Gambar 2.1
Klasifikasi Geosintetik
Pada umumnya geosintetik dapat diidentifikasi
berdasarkan:
·
Tipe polimer
(definisi deskriptif, misalnya polimer berkepadatan tinggi, polimer
berkepadatan rendah);
·
Tipe elemen
(misalnya filamen, tenunan, untaian, rangka, rangka yang dilapis);
·
Proses pembuatan
(misalnya teranyam, tak teranyam dan dilubangi dengan jarum, tak teranyam dan
diikat dengan panas, diperlebar atau ditarik, dijahit, diperkeras, diperhalus);
·
Tipe geosintetik
primer (misalnya geotekstil, geogrid, geomembran);
·
Massa per satuan
luas (untuk geotekstil, geogrid, geosynthetic clay liner, dan geosintetik
penahan erosi) dan atau ketebalan (untuk geomembran);
·
Informasi
tambahan atau sifat-sifat fisik lain yang dibutuhkan untuk menggambarkan
material dalam aplikasi tertentu;
Geosintetik memiliki fungsi primer dan fungsi sekunder
yang biasanya lebih dari satu fungsi. Kedua fungsi tersebut menjadikan
geosintetik dapat berkontribusi secara total pada saat penerapannya. Dengan
demikian, kedua fungsi ini perlu dipertimbangkan pada saat perhitungan dan
pembuatan spesifikasi perencanaan.
Geosintetik
memiliki enam fungsi sebagai berikut:
a.
Filtrasi: bahan
geosintetik digunakan untuk mengalirkan air ke dalam system drainase dan
mencegah terjadinya migrasi partikel tanah melalui filter. Contoh penggunaan
geosintetik sebagai filter adalah pada sistem drainase porous.
b.
Drainase: bahan
geosintetik digunakan untuk mengalirkan air dari dalam tanah. Bahan ini
contohnya digunakan sebagai drainase di belakang abutmen atau dinding penahan
tanah.
c.
Separator: bahan
geosintetik digunakan di antara dua material tanah yang tidak sejenis untuk
mencegah terjadi pencampuran material. Sebagai contoh, bahan ini digunakan
untuk mencegah bercampurnya lapis pondasi jalan dengan tanah dasar yang lunak
sehingga integritas dan tebal rencana struktur jalan dapat dipertahankan.
d.
Perkuatan: sifat
tarik bahan geosintetik dimanfaatkan untuk menahan tegangan atau deformasi pada
struktur tanah.
e.
Penghalang:
bahan geosintetik digunakan untuk mencegah perpindahan zat cair atau gas.
Fungsi geosintetik ini contohnya adalah geomembran untuk menjaga fluktuasi
kadar air pada tanah ekspansif atau digunakan pada penampungan sampah.
f.
Proteksi: bahan
geosintetik digunakan sebagai lapisan yang memperkecil tegangan lokal untuk
mencegah atau mengurangi kerusakan pada permukaan atau lapisan tersebut.
Sebagai contoh, tikar geotekstil (mat) digunakan untuk mencegah erosi tanah
akibat hujan dan aliran air. Contoh lainnya, geotekstil tak-teranyam digunakan
untuk mencegah tertusuknya geomembran oleh tanah atau batu di sekelilingnya
pada saat pemasangan.
Tanah lunak didefinisikan sebagai tanah lempung atau
gambut dengan kuat geser kurang dari 25 kN/m2 berdasarkan Panduan Geoteknik 1
No. Pt T-08-2002-B (DPU, 2002a). Jika menggunakan korelasi dari AASHTO M288-06
(CBR≈30 cu), maka nilai kuat geser ini setara dengan nilai CBR lapangan kurang
dari 1.
Timbunan yang dibangun di atas tanah lunak memiliki
kecenderungan untuk menyebar secara lateral akibat tekanan tanah horizontal
yang bekerja di dalam timbunan. Tekanan tanah ini menimbulkan tegangan geser
horizontal pada dasar timbunan yang harus ditahan oleh tanah pondasi. Apabila
tanah pondasi tidak memiliki tahanan geser yang cukup, maka akan terjadi keruntuhan.
Pemasangan geotekstil atau geogrid berkekuatan tinggi
yang direncanakan dengan tepat akan berfungsi sebagai perkuatan untuk
meningkatkan stabilitas serta mencegah keruntuhan. Geotekstil atau geogrid juga
akan mengurangi pergeseran horizontal dan vertikal tanah di bawahnya, sehingga
dapat mengurangi penurunan diferensial.
Perlu diperhatikan bahwa perkuatan geosintetik tidak
akan mengurangi besarnya konsolidasi jangka panjang atau penurunan sekunder timbunan.
Oleh karena itu apabila kriteria kinerja utama dari suatu bangunan (timbunan)
adalah penurunan, maka penanganan dengan geosintetik tidak sesuai untuk
dipilih.
Fungsi perkuatan
pada konstruksi timbunan adalah sebagai berikut:
·
Meningkatkan
faktor keamanan rencana;
·
Menambah tinggi
timbunan;
·
Mencegah
pergeseran timbunan selama pelaksanaan;
·
Memperbaiki
kinerja timbunan karena penurunan pasca konstruksi yang seragam.
Perkuatan
timbunan yang dibangun di atas tanah lunak umumnya akan berada dalam dua
kondisi, yaitu:
·
Timbunan
dibangun di atas deposit yang seragam;
·
Timbunan
dibangun di atas zona lemah lokal.
Aplikasi
perkuatan timbunan yang paling umum untuk kondisi pertama adalah timbunan jalan,
tanggul, atau bendungan yang dibangun di atas lapisan lanau, lempung atau
gambut jenuh air yang sangat lunak. Pada kondisi ini, arah terkuat dari
geosintetik biasanya ditempatkan tegak lurus terhadap garis tengah timbunan.
Perkuatan tambahan dengan arah terkuat yang ditempatkan sejajar dengan garis
tengah timbunan dapat juga dibutuhkan pada ujung timbunan. Aplikasi kedua
adalah konstruksi timbunan yang berada di atas tanah yang mempunyai zona lemah
lokal atau tanah berongga. Zona atau rongga ini dapat diakibatkan oleh lubang
amblasan (sink hole), aliran sungai tua, atau kantung lanau, lempung atau
gambut. Untuk aplikasi ini, fungsi perkuatan adalah sebagai jembatan di atas
zona lemah lokal atau rongga, dan perkuatan tarik yang dibutuhkan dapat lebih dari
satu arah. Oleh karena itu, arah terkuat dari geosintetik harus ditempatkan
dengan arah yang benar terhadap garis tengah timbunan.
Perkuatan
geotekstil atau geogrid dapat dipasang satu lapis atau lebih tergantung
besarnya gaya geser yang akan ditahan.
Gambar 2.3 Timbunan di Atas Zona Lemah Setempat dan Tanah Berongga
Landasan pendekatan perencanaan timbunan yang
diperkuat adalah perencanaan untuk mencegah keruntuhan. Gambar 2.4 menunjukkan
mode keruntuhan yang dapat terjadi pada timbunan yang diperkuat. Ketiga
kemungkinan keruntuhan tersebut memberikan indikasi jenis analisis stabilitas
yang dibutuhkan. Selain itu, penurunan timbunan dan potensi rangkak pada
perkuatan juga harus dipertimbangkan.
Gambar 2.4
Mode Keruntuhan pada Timbunan yang diperkuat
Stabilitas timbunan di atas tanah lunak lazimnya
dihitung dengan menggunakan metode analisis tegangan total. Analisis ini cukup
konservatif karena pada analisis ini diasumsikan tidak terjadi peningkatan
kekuatan pada tanah dasar.
Metode analisis tegangan efektif dengan menggunakan
parameter efektif juga dapat dilakukan, akan tetapi dibutuhkan estimasi tekanan
air pori lapangan yang akurat. Selain itu dibutuhkan pula pengujian triaksial
terkonsolidasi-tak terdrainse (CU) untuk mendapatkan parameter efektif untuk
analisis. Karena estimasi tekanan air pori lapangan tidak mudah dilakukan, maka
selama konstruksi harus dipasang pisometer untuk menghitung kecepatan
penimbunan. Dengan demikian prosedur perencanaan yang digunakan pada pedoman
ini menggunakan analisis tegangan total, karena dianggap lebih sesuai dan lebih
sederhana untuk perencanaan perkuatan timbunan.
Lereng tanah yang diperkuat merupakan suatu bentuk
stabilisasi tanah secara mekanis dengan menggunakan elemen perkuatan sebidang
dalam suatu struktur lereng yang
mempunyai kemiringan muka kurang dari 70°. Sedangkan struktur tanah yang
distabilisasi secara mekanis dengan kemiringan muka 70° sampai dengan 90°
diklasifikasikan sebagai dinding penahan.
Fungsi utama dari lereng tanah yang diperkuat adalah:
a.
Meningkatkan
stabilitas lereng, terutama jika diinginkan sudut kemiringan lereng lebih besar
tetapi tetap aman dibandingkan dengan lereng yang tidak diperkuat, atau setelah
terjadinya keruntuhan (lihat Gambar 2.5). Jenis drainase yang dipakai adalah
pipa berlubang (perforated pipes) yang dibungkus dengan material
granular dan dihubungkan dengan saluran drainase dari agregat kasar dan dilapisi
dengan geotekstil filter. Dapat pula digunakan sistem geokomposit untuk
saluran. Kriteria drainase ini tidak dibahas rinci dalam pedoman ini. Detail
drainase diperlihatkan pada Gambar 4.2;
b.
Fungsi dari
geosintetik yang ditempatkan di tepi lereng timbunan yang dipadatkan adalah
untuk memberikan tahanan lateral selama pemadatan timbunan (lihat Gambar 2.6).
Meningkatnya tahanan lateral memungkinkan terjadinya peningkatan kepadatan
tanah dan meningkatkan pengurungan (confinement) lateral untuk tanah di
muka lereng. Perkuatan tepi tersebut juga memungkinkan beroperasinya alat berat
secara aman di tepi lereng. Untuk timbunan dengan tanah kohesif, dapat
digunakan geosintetik tak-teranyam yang sebidang dengan perkuatan sehingga
dapat mendisipasi tekanan pori di dalam timbunan yang dipadatkan.
Gambar 2.5 Perkuatan untuk meningkatkan stabilitas
lereng
Gambar 2.6
Perkuatan untuk meningkatkan kepadatan di kaki lereng dan stabilitas permukaan
lereng
Gambar 2.7
Detail Drainase Bawah Permukaan
Keuntungan ekonomis dari perkuatan lereng ini
diantaranya:
·
Mengurangi
pemakaian lahan karena lereng dengan perkuatan dapat lebih tegak;
·
Mengurangi
volume bahan timbunan;
·
Memungkinkan
digunakannnya timbunan dengan kualitas yang lebih rendah;
·
Mengurangi biaya
untuk elemen-elemen penutup (facing) seperti yang diperlukan dalam
dinding yang distabilisasi secara mekanis.
Lereng yang diperkuat diantaranya diaplikasikan pada
pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut (lihat Gambar 2.8):
a.
Konstruksi
timbunan jalan baru;
b.
Pelebaran
timbunan jalan lama;
c.
Perbaikan
keruntuhan lereng.
Gambar 2.8 Aplikasi Lereng Tanah yang Diperkuat
Lereng
tanah yang diperkuat dapat pula diaplikasikan dalam konstruksi berikut ini:
a.
Stabilitas permukaan di hulu/hilir dan peningkatan tinggi bendung;
b.
Konstruksi tanggul permanen dan struktur pemantau banjir sementara;
c.
Semakin tegaknya timbunan abutmen dan pengurangan bentang jembatan;
d.
Pelebaran jalan sementara untuk pembuatan jalan memutar;
e.
Konstruksi timbunan menggunakan tanah berbutir halus yang jenuh air.
Pemilihan sifat-sifat teknis tanah dasar harus
difokuskan untuk penentuan daya dukung, potensi penurunan, dan posisi muka air
tanah. Penentuan kapasitas daya dukung membutuhkan parameter kohesi (c), sudut
geser (φ) dan berat isi (γ) serta posisi muka air tanah. Untuk penentuan
penurunan tanah dasar diperlukan parameter koefisien konsolidasi (cv), indeks
kompresibilitas (Cc) dan angka pori (e).
Pemilihan kriteria tanah timbunan yang diperkuat harus
mempertimbangkan kinerja jangka panjang struktur, stabilitas masa konstruksi
dan faktor degradasi lingkungan yang terjadi terhadap perkuatan.
Pengetahuan dan pengalaman dengan lereng tahan yang
diperkuat dan dinding penahan tanah yang distabilisasi secara mekanis selama
ini hanyalah dengan menggunakan tanah timbunan berbutir (non-kohesif). Oleh
karena itu pengetahuan tentang distribusi tegangan internal, tahanan cabut, dan
bentuk bidang keruntuhan terbatas pada sifat-sifat teknis unik dari jenis tanah
tersebut.
Setiap tanah yang memenuhi syarat sebagai timbunan
dapat digunakan dalam system perkuatan lereng. Akan tetapi material dengan
kualitas tinggi akan memudahkan pemadatan dan meminimalkan kebutuhan perkuatan.
Persyaratan perencanaan untuk lereng yang diperkuat
pada intinya sama dengan perencanaan lereng tanpa perkuatan: faktor keamanan
harus memenuhi untuk jangka panjang dan jangka pendek terhadap mode-mode
keruntuhan yang dapat terjadi.
Tiga mode keruntuhan yang dapat terjadi adalah (lihat
Gambar 4.4):
a.
Keruntuhan
internal, dimana bidang keruntuhan memotong elemen perkuatan;
b.
Keruntuhan
eksternal, dimana bidang keruntuhan melewati bagian belakang dan di bawah massa
tanah yang diperkuat;
c.
Keruntuhan
gabungan, dimana bidang keruntuhan melewati bagian belakang dan juga memotong
massa tanah yang diperkuat.
Gambar 2.9
Moda Keruntuhan Tanah Lereng yang Diperkuat
Gambar 2.10 Tahapan Perencanaan Lereng yang Diperkuat
Konstruksi dinding penahan tanah dipilih jika
konstruksi lereng dinilai sudah tidak ekonomis dan tidak layak secara teknis.
Salah satu jenis dinding penahan tanah adalah dinding penahan tanah yang
distabilisasi secara mekanis (mechanically stabilized earth wall, MSEW),
selanjutnya disingkat menjadi dinding MSE.
Dinding MSE pada dasarnya terdiri dari perkuatan di
dalam timbunan tanah yang membantu menahan tekanan tanah lateral. Jika
dibandingkan dengan dinding penahan tanah konvensional, dinding MSE biasanya
mempunyai beberapa keunggulan. Dinding MSE lebih fleksibel dibandingkan dinding
penahan tanah biasa seperti dinding kantilever beton atau dinding penahan tanah
tipe gravitasi. Oleh karena itu, dinding MSE lebih sesuai untuk daerah dengan
tanah pondasi yang buruk dan daerah seismik aktif.
Dinding MSE menggunakan beberapa jenis bahan perkuatan
diantaranya besi lunak (mild steel) yang digalvanis atau dilapis epoksi dan
geosintetik. Akan tetapi, yang tercakup dalam pedoman ini hanyalah dinding MSE
yang diperkuat dengan perkuatan geosintetik (geotekstil dan geogrid).
Struktur dinding MSE, termasuk yang diperkuat dengan
geosintetik, dapat dipertimbangkan sebagai alternatif yang efektif untuk
menggantikan dinding gravitasi konvensional, kantilever beton, atau dinding
penahan yang diperkuat dengan pita metalik (metallic strips).
Penggunaan geosintetik memberikan solusi yang sangat variabel dan
ekonomis dibandingkan dengan pita metalik, terutama pada kondisi lingkungan yang
berbeda beda. Tinggi maksimum dinding yang diperkuat dengan geosintetik hanya
mencapai kurang lebih 15 m – 22 m, sedangkan dengan pita metalik dapat melebihi
30 m.
Sistem dinding MSE dapat digambarkan melalui geometri
perkuatan, mekanisme transfer tegangan, bahan perkuatan, kemampuan memanjang
perkuatan, dan jenis penutup muka serta sambungan.
A. Geometri perkuatan
Geometri perkuatan terdiri dari tiga jenis, yaitu:
·
Linier satu
arah: pita (strip), termasuk pita-pita baja beralur atau baja mulus atau
pita-pita geosintetik yang dilapis;
·
Komposit satu
arah: grid atau tikar batangan (bar mat) yang dicirikan oleh spasi antar
grid yang lebih besar dari 150 mm;
·
Bidang datar (planar)
dua arah: geosintetik lembaran menerus, anyaman kawat (wire mesh) yang
dilas, dan wire mesh teranyam.
B. Bahan perkuatan
Dari jenis bahan, dinding MSE dapat dibagi menjadi
perkuatan metalik dan perkuatan non-metalik:
·
Perkuatan
metalik: biasanya besi lunak (mild steel) yang digalvanis atau dilapis
epoksi.
·
Perkuatan
non-metalik: umunya bahan polimer yang terdiri dari polipropilen, polietilen
atau poliester.
C. Kemampuan memanjang perkuatan
·
Perkuatan yang
tidak dapat memanjang (inextensible): deformasi timbunan pada saat
runtuh jauh lebih kecil dari deformasi pada tanah.
·
Perkuatan yang
dapat memanjang (extensible): deformasi timbunan pada saat runtuh hampir
sama atau bahkan lebih besar daripada deformasi pada tanah.
BAB III
KESIMPULAN
Geosintetik merupakan Istilah umum untuk produk
berbentuk lembaran yang terbuat dari bahan polimer lentur, digunakan dengan
tanah, batuan, atau material geoteknik lainnya, sebagai suatu kesatuan
pekerjaan buatan manusia, struktur, maupun sistem (ASTM D 4439).
Geotekstil adalah Produk geosintetik yang terdiri dari
jaringan yang beraturan dan terhubung satu sama lainnya, dengan ukuran bukaan
lebih besar dari 6,35 mm sehingga memungkinkan untuk saling mengunci dengan
tanah, batuan ataupun struktur lain di sekitarnya serta memiliki fungsi primer
sebagai perkuatan (ASTM D 4439).
Pada dasarnya, geosintetik terbagi menjadi dua yaitu
tekstil dan jaring (web). Berdasarkan bahannya, kedua jenis geosintetik dibagi
menurut bahan sintetik dan alami.
Geosintetik
memiliki enam fungsi sebagai berikut:
a.
Filtrasi: bahan
geosintetik digunakan untuk mengalirkan air ke dalam system drainase dan
mencegah terjadinya migrasi partikel tanah melalui filter. Contoh penggunaan
geosintetik sebagai filter adalah pada sistem drainase porous.
b.
Drainase: bahan
geosintetik digunakan untuk mengalirkan air dari dalam tanah. Bahan ini
contohnya digunakan sebagai drainase di belakang abutmen atau dinding penahan
tanah.
c.
Separator: bahan
geosintetik digunakan di antara dua material tanah yang tidak sejenis untuk
mencegah terjadi pencampuran material. Sebagai contoh, bahan ini digunakan
untuk mencegah bercampurnya lapis pondasi jalan dengan tanah dasar yang lunak
sehingga integritas dan tebal rencana struktur jalan dapat dipertahankan.
d.
Perkuatan: sifat
tarik bahan geosintetik dimanfaatkan untuk menahan tegangan atau deformasi pada
struktur tanah.
e.
Penghalang:
bahan geosintetik digunakan untuk mencegah perpindahan zat cair atau gas.
Fungsi geosintetik ini contohnya adalah geomembran untuk menjaga fluktuasi kadar
air pada tanah ekspansif atau digunakan pada penampungan sampah.
f.
Proteksi: bahan
geosintetik digunakan sebagai lapisan yang memperkecil tegangan lokal untuk
mencegah atau mengurangi kerusakan pada permukaan atau lapisan tersebut.
Sebagai contoh, tikar geotekstil (mat) digunakan untuk mencegah erosi tanah
akibat hujan dan aliran air. Contoh lainnya, geotekstil tak-teranyam digunakan
untuk mencegah tertusuknya geomembran oleh tanah atau batu di sekelilingnya
pada saat pemasangan.
DAFTAR PUSTAKA
DPU. 2002b. Pt
T-10-2002-B. Panduan Geoteknik 4: Desain dan Konstruksi. Departemen
Pekerjaan Umum (DPU), Indonesia.
DPU. 2009. Perencanaan dan Perkuatan Tanah dengan
Geosintetik. Departemen Pekerjaan Umum (DPU). Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar